Daerah Aliran Sungai (DAS)


Daerah Aliran Sungai (DAS), atau dikenal juga sebagai Watershed atau Catchment Area, adalah suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi untuk:
  1. Menampung air hujan yang jatuh di atasnya.
  2. Menyimpan sebagian air tersebut (sebagai air tanah dan kelembapan).
  3. Mengalirkan sisa airnya melalui sistem sungai ke titik akhir (muara), yaitu ke laut, danau, atau waduk.
Batas di daratan dari suatu DAS ditentukan secara topografis, yaitu berupa punggungan bukit atau pegunungan yang memisahkan aliran air menuju satu sungai utama dan memisahkannya dari DAS di sebelahnya.


Bagi kalian yang membutuhkan data SHP/shapefile batas DAS di Indonesia, berkas tersebut dapat diunduh melalui tautan berikut :

DOWNLOAD SHP DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI INDONESIA

Sumber dan Deskripsi Data
Data Shapefile (SHP) Batas Daerah Aliran Sungai (DAS) yang disajikan ini bersumber dari layanan web Rest Service resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Informasi spasial tersebut dapat diakses oleh publik pada platform Webgis resmi KLHK.

Data SHP Batas DAS KLHK mencakup batas-batas DAS di seluruh wilayah Indonesia, terentang dari Barat hingga Timur, sesuai dengan batas DAS yang telah disahkan dan di-Surat Keputusan-kan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Aksesibilitas Data
Data Shapefile Batas DAS se-Indonesia ini dapat diunduh secara langsung melalui laman ini. Pengguna diwajibkan untuk membaca dan mematuhi Syarat dan Ketentuan yang berlaku pada situs ini sebelum melakukan pengunduhan.

I. FUNGSI UTAMA DAS
DAS memiliki peran yang sangat krusial, baik secara ekologis maupun bagi kehidupan manusia:
  • Fungsi Hidrologis (Tata Air): DAS bertindak sebagai pengatur utama siklus air. Fungsi ini mencakup menjaga kualitas air, mengendalikan kuantitas air (seperti mencegah kekeringan di musim kemarau dan mengurangi risiko banjir di musim hujan), serta menyimpan cadangan air tanah.
  • Fungsi Ekologis: DAS adalah rumah bagi keanekaragaman hayati (flora dan fauna), terutama di bagian hulu yang masih berupa hutan. Vegetasi di DAS berperan penting dalam mencegah erosi dan sedimentasi.
  • Fungsi Sosial-Ekonomi: DAS menyediakan air untuk kebutuhan domestik (rumah tangga), irigasi pertanian, industri, dan pembangkit listrik. Ia juga menjadi lokasi untuk berbagai penggunaan lahan (pertanian, pemukiman, hutan).
II. PEMBAGIAN WILAYAH DALAM DAS
Untuk tujuan pengelolaan, DAS dibagi menjadi tiga zona berdasarkan fungsi dan karakteristiknya:
ZonaKarakteristikFungsi Utama
HuluBerada di daerah pegunungan/bukit; lereng curam; tutupan vegetasi harus rapat.Konservasi. Menerima, menampung, dan menyimpan air. Menjaga kualitas dan kuantitas air agar stabil.
TengahMerupakan daerah transisi; lereng relatif landai; lokasi permukiman dan aktivitas penduduk mulai banyak.Pemanfaatan Air dan Lahan. Mengatur penyaluran air dan memanfaatkan air sungai untuk kepentingan sosial-ekonomi (irigasi, air baku).
HilirBerada di dataran rendah; lereng sangat landai; lokasi muara sungai; subur; sering menjadi daerah banjir/genangan.Pemanfaatan dan Pengendalian Banjir. Menyalurkan air ke laut/muara dan menjadi kawasan pertanian intensif.
Pengelolaan DAS harus dilakukan secara terpadu dari hulu hingga hilir, karena kerusakan di satu zona (misalnya deforestasi di hulu) akan memberikan dampak negatif langsung berupa banjir dan sedimentasi di zona tengah dan hilir.

III. KONSEP DAN BATASAN GEOGRAFIS
DAS bukan sekadar sungai itu sendiri, melainkan seluruh wilayah daratan yang menjadi sumber air bagi sungai tersebut.

1. Batas Hidrologis (Punggung Bukit)
Batas fisik DAS adalah punggungan (divisi) topografi. Setiap tetes air hujan yang jatuh di satu sisi punggungan akan mengalir menuju satu sungai utama, sementara yang jatuh di sisi seberang akan mengalir ke sungai lain. Inilah yang menjadikan DAS sebagai kesatuan hidrologis yang tak terpisahkan.

2. Keseimbangan Ekosistem
DAS dianggap sebagai ekosistem alami di mana semua unsur (tanah, air, udara, flora, fauna, dan manusia) saling berinteraksi. Kesehatan DAS diukur dari keseimbangan antara kemampuan alamnya untuk menyimpan dan mengalirkan air, serta tekanan yang diberikan oleh aktivitas manusia.

IV. FUNGSI VITAS DAS
1. Pengendalian Banjir (Kuantitas Air)
Di wilayah hulu yang sehat, tutupan vegetasi (hutan) berperan seperti spons raksasa.
  • Akar Pohon: Membantu air meresap ke dalam tanah (infiltrasi).
  • Serasah (Lapisan Tanah Atas): Menahan laju air permukaan (run off). Kemampuan ini sangat menentukan: jika hutan rusak, air langsung mengalir deras ke sungai, menyebabkan banjir bandang di hilir.
2. Menjaga Kualitas Air
Kondisi lahan menentukan kualitas air. Erosi di lahan yang terbuka (misalnya bekas tambang atau lahan pertanian tanpa terasering) akan membawa partikel tanah (sedimen) ke sungai. Ini menyebabkan air keruh, mendangkalkan sungai (sedimentasi), dan merusak ekosistem akuatik. DAS yang sehat meminimalkan erosi, sehingga air yang dialirkan jernih dan layak guna.

3. Konservasi Keanekaragaman Hayati
Hutan dan daerah riparian (sempadan sungai) di DAS adalah habitat penting. Pelestarian DAS secara langsung melestarikan spesies tumbuhan dan hewan yang hidup bergantung pada ekosistem sungai dan hutan sekitarnya.

V. TANTANGAN DALAM PENGELOLAAN DAS
Pengelolaan DAS di Indonesia menghadapi banyak tantangan karena adanya konflik kepentingan dan penggunaan lahan.

Tantangan UtamaDampak Terhadap DAS
Alih Fungsi Lahan di HuluHutan diubah menjadi kebun atau pemukiman. Mengurangi daya serap air, meningkatkan risiko erosi, banjir, dan tanah longsor.
PencemaranPembuangan limbah domestik, pertanian (pupuk/pestisida), dan industri ke sungai, terutama di bagian tengah dan hilir. Menurunkan kualitas air hingga tidak layak konsumsi.
Erosi dan SedimentasiDipercepat oleh praktik pertanian yang buruk atau pertambangan ilegal. Mendangkalkan badan sungai, waduk, dan muara, mengurangi kapasitas tampung air.
Konflik Penggunaan AirPersaingan antara kebutuhan irigasi, industri, dan air minum, terutama di musim kemarau.

VI. PRINSIP PENGELOLAAN TERPADU
Pengelolaan DAS yang efektif harus menerapkan pendekatan "Hulu-Hilir" atau Pengelolaan DAS Terpadu (Integrated Watershed Management):
  • Pendekatan Holistik: Melibatkan semua sektor (kehutanan, pertanian, pekerjaan umum, industri) dan tidak hanya terfokus pada air saja.
  • Partisipatif: Melibatkan semua pemangku kepentingan, mulai dari masyarakat lokal di hulu (petani), pemerintah, hingga pelaku industri di hilir.
  • Kesatuan Wilayah: Harus dikelola sebagai satu kesatuan geografis, tanpa terhalang batas administrasi (kecamatan, kabupaten, atau provinsi).
Dengan pengelolaan yang terpadu, fungsi DAS sebagai penyedia air, pengendali bencana, dan penyokong kehidupan dapat dijaga secara berkelanjutan.

Pembaca yang merasa bahwa artikel ini memberikan manfaat diharapkan dapat turut menyebarluaskan informasi ini kepada pihak yang membutuhkan. Redaksi juga menyambut baik segala bentuk apresiasi, saran, dan komentar dari pembaca sebagai bahan evaluasi untuk publikasi selanjutnya. Kami mengimbau pembaca untuk senantiasa mengunjungi situs kami guna mendapatkan pembaruan informasi terkini. Terima kasih atas kesediaan Anda membaca artikel ini






Posting Komentar

0 Komentar